Hadist yang dikenal dengan banyaknya jumlah perawi yaitu Hadits mutawatir di mana perawi-perawi tersebut tidak akan melakukan pendustaan ataupun pemalsuan Hadits. Hadits ini menjadi mempunyai jumlah yang sedikit dibandingkan dengan jenis Hadits yang lain, meskipun begitu Hadits ini termasuk ke dalam Hadits yang sangat kuat.
Karena kuatnya Hadits tersebut, maka bisa dijadikan rujukan yang mempunyai kekuatan yang sama dengan dalil Al-Qur’an. Hadits ini juga dijadikan hujah dalam akidah dan juga hukum syara’ tentang ibadah, akidah, maupun muamalah.
Pengertian Hadits Mutawatir
Hadits mutawatir merupakan jenis Hadits di mana mempunyai kedudukan yang khusus dan dijadikan sumber ajaran dan juga praktik dalam Islam. ‘Mutawatir’ sendiri berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti ‘beriringan’. Dalam konteksnya, Hadits ini berhubungan dengan banyaknya perawi yang meriwayatkan Hadits namun jalur sanadnya berbeda-beda, justru kekuatan dan juga kepercayaan akan kebenaran dari Hadits-Hadits tersebut muncul karena jalur sanad yang berbeda-beda.
Perawi Hadits yang berasal dari berbagai macam latar belakang tersebut yang membuat Hadits tersebut menjadi Hadits yang kuat dan mendapatkan kepercayaan, karena perawi tidak mungkin bersepakat untuk berbuat dusta. Yang menjadi salah satu karakteristik dari Hadits ini adalah tidak adanya keraguan karena perawi-perawi tersebut benar-benar yakin bahwa Hadits yang mereka riwayatkan memang berasal dari apa yang mereka lihat dan dengar dari Nabi Muhammad SAW.
Ciri-ciri dan Jenis Hadits Mutawatir
Dalam meriwayatkan Hadits ini, mereka menggunakan pendengaran dan juga penglihatan sehingga menimbulkan rasa yakin bahwa apa yang mereka sampaikan merupakan informasi yang benar. Kekuatan Hadits ini sama dengan Al-qur’an terutama dalam memperkuat akidah serta hukum dalam Islam sehingga memiliki bobot yang sama dengan Al-qur’an. Berikut merupakan ciri-ciri dan juga jenisnya:
Ciri-ciri Hadis Mutawatir
- Diriwayatkan oleh banyak perawi. Perbedaan pandangan tentang jumlah perawi dalam Hadits ini menurut Abu Thayyib yang mana berpendapat bahwa minimal 4 orang perawi, sedangkan menurut Syaikh Mahmud ath-Thahhan minimal adalah 10 orang.
- Jumlah perawi yang meriwayatkan Hadits ini terdapat pada tingkatan sanadnya.
- Para perawi Hadits ini mustahil melakukan pendustaan sedangkan negeri dan juga bangsa yang mereka tempati berbeda-beda.
- Sandaran Hadits ini berdasarkan panca indra seperti pendengaran dan juga penglihatan, itulah kenapa kalimat dalam Haditsnya berbunyi “Kami mendengar” atau “Kami melihat”. Jika Hadits tersebut bersandar pada akal maka tidak mungkin disebut sebagai Hadits mutawatir.
Dari ciri-ciri di atas ada beberapa ulama yang berpendapat bahwa sebenarnya Hadits tersebut tidak pernah ada. Namun Syaikh Manna Al-Qaththan berpendapat bahwa Hadits tersebut ada namun jumlahnya sedikit.
Jenis Hadist Mutawatir
- Mutawatir Lafdzi merupakan Hadits yang di mana antara lafadz dan juga maknanya beriringan atau sama, contohnya: Hadits riwayat Abu Hurairah “Barang siapa yang berdusta atas (nama) ku secara sengaja, maka hendaklah ia bersiap-siap mengambil tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari). Disebutkan bahwa Hadits tersebut telah diriwayatkan oleh 70 lebih sahabat, dan jumlah perawinya terus bertambah.
- Mutawatir Maknawi merupakan Hadist yang di mana maknanya beriringan namun lafadznya tidak, contohnya: Tentang adab mengangkat tangan saat berdoa. Terdapat sekitar 100 Hadits yang meriwayatkan.
Hadits ini mengandung ilmu yang di mana manusia harus yakin dan percaya dengan sepenuh hati. Itulah yang menjadi alasan mengapa Hadits ini dapat diterima tanpa harus melakukan penelitian terhadap perawi dari Hadits-Hadits tersebut. Terdapat juga beberapa ulama yang berpendapat bahwa Hadits tersebut tidak ada, namun ada juga yang menyatakan tentang keberadaan Hadits tersebut hanya sedikit dan juga jarang.
Kedudukan yang dimiliki oleh Hadits ini sangat tinggi karena sudah dapat dipastikan bahwa sumbernya berasal dari Rasulullah SAW, sehingga dapat diterima dengan baik serta menjadi pedoman dalam mengamalkan seluruh aspeknya termasuk pada bidang akidah.
Hadits tersebut mempunyai kesamaan dengan Al-Qur’an karena keduanya bersifat qat’iul wurud yang berarti sesuatu yang pasti akan datang. Jadi siapa pun yang menolak akan Hadits tersebut maka sama dengan menolak Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah.
Contoh Hadits Mutawatir dan Artinya
Kebenaran yang terdapat pada Hadits ini tentunya harus diyakini oleh umat muslim karena hukum dalam mengamalkannya adalah wajib. Hadits ini juga menjadi hujah, baik dalam hal akidah, ibadah, dan juga muamalah. Berikut merupakan beberapa contohnya:
Hadits Tentang Berdusta
Artinya: “Siapa saja yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah ia bersiap-siap menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari)
Hadits Tentang Turunnya Nabi Isa bin Maryam
Artinya: “Demi Allah, Isa Ibnu Maryam sungguh akan turun (ke bumi) sebagai hakim yang adil dan akan menghancurkan salib.” (HR. Muslim:155)
Itulah penjelasan tentang Hadits mutawatir yang diriwayatkan oleh banyak perawi yang tidak mungkin bersepakat untuk melakukan kebohongan dan pemalsuan Hadits, serta beberapa ciri dan juga contohnya.
Yuk belajar dan menghafal Ilmu Al-Quran dan hadits bersama Pondok Tahfidz Annajah Kampung Inggris Pare. Di sini Anda akan mendapatkan atmosfer dan sensasi menghafal Al-Quran yang kondusif dan berbeda dari yang lainnya.
Selain menghafal Al-Quran, Anda juga bisa mahir bahasa Arab dan bahasa Inggris di sini. Temukan program pilihan yang cocok untuk Anda, dan daftar sekarang juga!