Cukup banyak hadis tentang musibah yang bisa kita jadikan pedoman dalam hidup kita. Dengan mempelajari dan mengaplikasikan hadis-hadis tersebut, dapat membuat hati kita menjadi tenang apabila kita tertimpa musibah.
Dalil dan Hadits tentang Musibah
Berikut adalah dalil-dalil dan hadits tentang musibah yang bisa kita ambil hikmahnya.
وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍۗ
Musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan (Allah) memaafkan banyak (kesalahanmu). (QS. Asy-Syura(42):30)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاه
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang muslim itu ditimpa musibah baik berupa rasa lelah, rasa sakit, rasa khawatir, rasa sedih, gangguan atau rasa gelisah sampaipun duri yang melukainya melainkan dengannya Allah akan mengampuni dosa-dosanya” (HR. Al-Bukhari, no. 5641 dan Muslim, no. 2573)
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَا مِنْ شَيْءٍ يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ حَتَّى الشَّوْكَةِ تُصِيبُهُ إِلَّا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِهَا حَسَنَةً أَوْ حُطَّتْ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَة
Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ’anha berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seorang yang beriman sampaipun duri yang melukainya melainkan dengannya Allah akan mencatatnya sebagai satu kebaikan untuknya dan mengampuni dosa-dosanya” [HR. Muslim, no. 4669]
Dari satu ayat dan dua hadits tentang musibah yang telah ditampilkan di artikel ini, terdapat beberapa poin yang bisa dijadikan hikmah di antaranya adalah:
Musibah yang menimpa kita ini bisa jadi disebabkan oleh ulah dari kita sendiri, seperti orang yang setiap hari makan-makanan dengan tingkat kepedasan yang tidak normal, sehingga lambungnya tidak kuat dan harus masuk rumah sakit.
Musibah yang diterima itu bukan hanya musibah berupa rasa fisik, tetapi rasa lelah, khawatir, sedih, bahkan hal kecil seperti duri kecil yang bikin kita terluka juga disebut sebagai musibah.
Setiap musibah yang kita terima, sekecil apa pun musibah itu Allah akan mengampuni dosa-dosa kita dan bahkan Allah akan mencatat itu sebagai suatu kebaikan. Lalu bagaimana sikap kita sebagai seorang muslim ketika menghadapi musibah?
Cara Menyikapi Musibah bagi Seorang Muslim
Cara menyikapi musibah bagi umat muslim adalah dengan mengambil sikap yang berasal dari ajaran Islam yang mana sikapnya adalah sebagai berikut:
1. Sabar
Dalam agama Islam, kita diminta untuk bersabar ketika menghadapi ujian ataupun musibah, baik musibah penyakit, kelaparan, kehilangan seseorang yang dicinta, maupun hal lainnya. Bentuk dari kita bersabar adalah dengan mengucapkan kalimat istirja atau yang sering kita lafalkan dengan Innalillahi wa inna ilaihi raji’un (إِنَّا لِلَّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ).
Alasan kita mengucapkan kalimat ini karena ada dalil dari Allah yang berkata orang yang bersabar akan mengucapkan kalimat tersebut sesuai dalil dari:
اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah (2): 156-157)
2. Ikhtiar
Setelah sabar, selanjutnya adalah ikhtiar, ikhtiar dalam hal musibah ini seperti ketika terkena penyakit, kelaparan, atau musibah yang masih bisa kita berusaha. Contoh apabila kita terkena penyakit, bentuk ikhtiar kita adalah pergi berobat ke dokter supaya dokter memberi obat dan saran supaya cepat sembuh.
3. Tawakkal
Setelah proses ikhtiar kita laksanakan, barulah kita masuk ke tawakkal (berpasrah diri kepada Allah), contoh lanjutan dari musibah penyakit adalah setelah kita berikhtiar menerima obat dari dokter, kita meminum obat tersebut seraya tawakkal bahwa Allah-lah yang maha menyembuhkan hambanya dari penyakit melalui perantara obat ini.
4. Berdoa
Setelah melalui proses ikhtiar dan tawakkal di atas, barulah seorang muslim memasuki fase berdoa kepada Allah supaya diangkat penyakitnya dan diampunkan dosa-dosanya melalui musibah yang ia alami. Salah satu doa yang bisa dipakai adalah doa yang digunakan oleh nabi Ayyub yang mana terdapat dalam Al-Qur’an:
وَاَيُّوْبَ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ ۚ
(Ingatlah) Ayyub ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku,) sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” (Al-Anbiya:83)
5. Bersyukur
Jika seorang muslim merasa musibah yang dilaluinya terasa berat, maka hendaknya ia melihat kepada orang lain yang lebih banyak tertimpa musibah, sehingga ia merasa bersyukur bahwa musibah yang dideritanya tidak separah orang tersebut.
Itulah beberapa dalil dan hadis tentang musibah serta cara menyikapi musibah bagi umat muslim.
Pelajari ilmu hadits dan Al-Quran lainnya di Annajah. Anda bisa memantau terus update ilmu dan informasi terbaru dari kami melalui blog/artikel, atau bisa juga belajar langsung bersama para santri lainnya di Kampung Inggris Pare Kediri.
Terdapat beberapa pilihan program tahsin dan tahfidz Quran, disertai dengan pembelajaran mahir bahasa Arab dan bahasa Inggris untuk segala jenis usia.
Tunggu apa lagi, cari tahu program Annajah lebih dalam, dan daftar sekarang juga!