Pemahaman tentang khabar menjadi salah materi dasar dalam ilmu Nahwu.
Khabar adalah salah satu posisi yang dibutuhkan sebagai syarat jumlah ismiyah agar dapat dikatakan sempurna.
Terkadang, para santri masih ada yang keliru dalam menentukan khabar.
Kekeliruan ini, selama pengalaman penulis mengajar, itu banyak disebabkan karena kurangnya pemahaman terkait ragam khabar yang ada.
Khabar sendiri terbagi menjadi dua bagian, yakni khabar mufrod dan juga khabar ghairu mufrod. Artikel kali ini akan fokus membahas khabar ghairu mufrod.
Bagaimana khabar ghairu mufrod itu? Contohnya seperti apa? Semua akan kita bahas disini.
Definisi Khabar Ghairu Mufrod
Sebelum membahas khabar ghairu mufrad, kita harus ketahui dulu apa itu khabar.
Secara bahasa, khabar bermakna kabar, berita atau informasi.
Sementara secara istilah, khabar adalah isim marfu yang terletak setelah mubtada’.
Lanjut, khabar ghairu mufrad. Dilihat dari namanya, ghairu mufrad artinya bukan tunggal atau tidak sendiri, maka khabar ghairu mufrad adalah khabar yang tidak sendirian, ia tidak hanya terdiri dari satu kalimat saja.
Pembagian khabar ghairu mufrad ini diklasifikasikan menjadi dua bagian:
1. Khabar Jumlah (Jumlah Ismiyah atau Jumlah Fi’liyah)
Jumlah adalah susunan dari kalimat-kalimat dan dapat memberikan pemahaman bagi pembaca.
Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat kita tari bahwa khabar jumlah merupakan khabar yang tersusun dari dua kalimat atau lebih.
Lafadz khabar jumlah apabila kita buka lagi ─tanpa adanya mubtada─ maka lafadz tersebut masih bisa dipahami.
Contohnya:
الطَّالِبُ عِلمُهُ كَثِيْرٌ
“Murid itu ilmunya banyak”
Dari sini, apabila hanya ada “علمُه كثيرٌ”, maka kalimat tersebut tetap memahamkan karena kita bisa menemukan susunan mubtada dan khabar juga di dalamnya.
Inilah yang menjadi jenis khabar jumlah yang pertama, yakni jumlah ismiyah.
الطَّالِبُ يَدْرُسُ اللُّغَةَ الْعَرَبِيَةَ
“Murid itu belajar Bahasa Arab”
Melalui contoh ini, jika lafadz hanya ada “يدرسُ اللغةَ الغربيةَ”, maka kalimat tersebut tetap memahamkan karena kita bisa menemukan susunan fi’il dan fail di dalamnya.
Kategori ini menjadi jenis kedua dalam khabar jumlah, yakni jumlah fi’liyah.
2. Khabar Syibhul Jumlah (Zharaf atau Jer Majrur)
Syibhu artinya menyerupai, maka syibhul jumlah maksudnya menyerupai jumlah.
Khabar Syibhul Jumlah adalah khabar yang terdiri dari minimal dua kalimat, tetapi belum bisa memahamkan.
Contohnya:
الجَوَّالُ عَلَى الْمَكْتَبِ
“Handphone itu di atas meja”
الدَّرْسُ بَعْدُ الْمَغْرِبِ
“Pelajaran itu setelah magrib”
Lafadz yang berwarna merah tersebut, apabila kita pisahkan dengan mubtadanya, maka belum bisa memahamkan. Misalnya, lafadz “على المكتب” yang artinya di atas mejas. Apabila kita hanya mengucapkan “على المكتب”, maka orang yang mendengarkan ucapan itu akan kebingunan dan bertanya, apa yang di atas meja?
Dengan demikian, walaupun tersusun dari beberapa kalimat, ia tidak masuk kategori khabar jumlah, melainkan khabar syibhul jumlah. Dari contoh tersebut, khabar syibhul jumlah itu lahi dari dua macam, yakni dari susunan dzarfu zaman dan jar majruf.
Contoh Khabar Ghairu Mufrod
زَيْنَبُ فِى دُكَّانِ
مُحْمُوْدٌ عِنْدَكَ
الطَّالِبُ عِلمُهُ كَثِيْرٌ
عليّ يصلّى في المسجد
الجوّال على المكتب
الَحَمْدُ لِلهِ
الأُسْتَاذُ أَمَامَكَ
الطَّالِبُ يَدْرُسُ اللُّغَةَ الْعَرَبِيَةَ
الطَّالِبُ عِلْمُهُ كَثِيْرٌ
مُحَمَّدٌ يَذْهَبُ اِلَى المَدْرَسَةِ
Demikian, pembahasan khabar mufrad. Semoga bermanfaat dan teman-teman semakin bisa menguasai materi khabar. Terima kasih.
Pondok Tahfidz Annajah membuka kesempatan untukmu bisa membaca alquran maupun menjadi hafidz. Gabung sekarang juga kuota terbatas, klik di sini