Kalau dibedakan dari bentuknya, terdapat beberapa macam hadits, salah satunya yaitu Hadits Qauliyah. Inilah hadits yang berupa perkataan atau ucapan, beda dengan hadits lainnya seperti hadits fi’liyah yang berupa perbuatan, dan hadits taqririyah yaitu hadits mengenai persetujuan. Kali ini, kita akan fokus membahas qauliyah.
Apa Itu Hadits Qauliyah?
Inilah hadits yang berisi tentang perkataan-perkataan Nabi Muhammad langsung, umumnya kepada sahabat-sahabat Rasul. Bisa berarti juga perkataan yang berisikan petunjuk, tuntutan, kisah, maupun peristiwa. Jadi, perkataan yang diucapkan Nabi Muhammad dalam berbagai macam bidang, mulai dari akidah, hukum syari’at, pendidikan, akhlak, dan lain sebagainya termasuk Qauliyah.
Perbedaan Antara Hadits Qauliyah, Fi’liyah, dan Taqririyah
Pertama-tama kita bahas mengenai Qauliyah terlebih dahulu. Kalau dikaji secara bahasa, makna “Qaul” itu bermakna perkataan/ ucapan. Sehingga Qauliyah dalam hadits berarti disandarkan kepada sabda atau perkataan Nabi Muhammad. Inilah hadits yang menunjukkan sabda dan dijadikan dasar atau pedoman kehidupan.
Setiap yang disabdakan Nabi Muhammad bisa menjadi sumber hukum atau pedoman hidup bagi umat muslim. Tidak mungkin Beliau mengucapkan dusta, perkataan kotor atau yang tidak ada manfaatnya. Lalu mengenai hadits fi’liyah, secara bahasanya “fi’il” itu artinya berarti suatu tindakan atau perbuatan. Jadi, hadits fi’liyah ini bersandar kepada apa yang diperbuat Nabi Muhammad.
Sama juga dengan hadits qauliyah, setiap tindakan yang dilakukan Nabi Muhammad perlu dijadikan pedoman. Lalu yang terakhir yaitu hadits taqririyyah, “taqrir” itu sendiri berarti ketetapan. Hadits taqririyyah bisa diartikan hadits yang mengikuti apa yang ditetapkan Nabi Muhammad.
Contoh Hadits Qauliyah dan Maknanya
Untuk lebih jelas memahami seperti apa Hadits Qauliyah, coba simak beberapa contohnya berikut ini:
1. hadits mengenai akhlak
، عَنِ الْحَسَنِ بْنُ عَلِيٍّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِنَّ اللَّهَ لَيُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الثَّوَابِ عَلَى حُسْنِ الْخُلُقِ، كَمَا يُعْطِي الْمُجَاهِدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، يَغْدُو عَلَيْهِ الْأَجْرُ وَيَرُوحُ”
.
Artinya:
Dari Al-Hasan ibnu Ali yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: Sesungguhnya Allah benar-benar memberi seorang hamba pahala berkat kebaikan akhlaknya, sebagaimana Dia memberi pahala kepada seorang mujahid di jalan Allah; pahala berlimpahan baginya di setiap pagi dan petang.
Makna dari hadits ini yaitu mengenai Allah SWT yang selalu akan memberikan pahala untuk setiap hamba-Nya yang sering berbuat kebaikan atau memiliki akhlak baik.
2. Hadits mengenai syariat
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لِامْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.
Artinya:
Dari Umar, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan.” (HR. Bukhari) [Nomor 54 Fathul Bari] Shahih.
Berdasarkan Hadits Qauliyah tersebut, niat itu sangat penting dalam berbagai macam amal perbuatan yang umat Islam lakukan agar bisa mendapatkan pengakuan yang baik.
3. Hadits mengenai pendidikan
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ أَبِيهِ عَنْ حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ وَخَيْرُ الصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ غِنًى وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ وَعَنْ وُهَيْبٍ قَالَ أَخْبَرَنَا هِشَامٌ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذَا
Artinya:
Dari Hakîm bin Hizâm Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda : Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-sebaik sedekah adalah yang dikeluarkan dari orang yang tidak membutuhkannya. Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya maka Allâh akan menjaganya dan barangsiapa yang merasa cukup maka Allâh akan memberikan kecukupan kepadanya.”
Sebaik-baiknya orang adalah yang suka memberikan pertolongan. Melalui hadits ini, kita belajar bahwa anjuran dari Nabi Muhammad yaitu adalah untuk kita saling menolong satu sama lain dan gemar bersedekah.
4. hadits mengenai aqidah
و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَإِبْرَاهِيمُ بْنُ دِينَارٍ جَمِيعًا عَنْ يَحْيَى بْنِ حَمَّادٍ قَالَ ابْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ حَمَّادٍ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبَانَ بْنِ تَغْلِبَ عَنْ فُضَيْلٍ الْفُقَيْمِيِّ عَنْ إِبْرَاهِيمَ النَّخَعِيِّ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
Artinya:
Tidak akan masuk surga seseorang yang terdapat di dalam hatinya ketakaburan sekalipun sebesar zarrah, seorang laki-laki berkata: sesungguhnya laki-laki itu menyukai pakaiannya dan sepatunya yang baik, maka Rasulullah pun bersabda: sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai sesuatu yang indah, takabur itu menolak kebenaran karena meninggikan diri sendiri dan menghina orang lain (Tirmidzi).
Makna yang bisa kita ambil dari Hadits Qauliyah tersebut yaitu jangan sampai bersikap takabur karena merupakan perbuatan buruk dan tidak disukai oleh Allah SWT. Demikian pembahasan kali ini seputar hadits Qauliyah, semoga bermanfaat.