close
Logo Website Annajah
Search

Hadits Tentang Kepemimpinan Beserta Maknanya

Table of Contents

Hadits tentang kepemimpinan menjadi salah satu pedoman bermanfaat dalam mencari esensi sebenarnya mengenai bagaimana sosok pemimpin yang benar. Seperti halnya dalam memilih capres, dan sebagainya, kepemimpinan sangat erat kaitannya dengan hal tersebut.

Menjadi pemimpin itu sendiri harus mampu mengemban tanggung jawab besar, terutama jika cakupan kepemimpinannya luas seperti seorang presiden. Dengan adanya hadits seputar kepemimpinan, kita bisa mengetahui apa sebenarnya yang penting dalam kepemimpinan tersebut, dan bagaimana cara mencapainya. 

Kumpulan Hadits tentang Kepemimpinan

Mengenai aspek kepemimpinan, agama Islam sangat peduli terhadapnya, baik itu dari segi moral, etika dan cara memimpin. Sosok pemimpin ideal sesuai ajaran Islam adalah Rasulullah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Secara umum, menentukan kepemimpinan ideal bisa dari sifat-sifat wajib para Nabi yaitu siddiq yang berarti jujur, fathanah yaitu cerdas, dan amanah yaitu dipercaya.

Hadits ke-1

Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan dengan tegas kepada salah satu sahabat untuk tidak meminta-minta jabatan, hal tersebut terdapat pada hadis berikut:

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ سَمُرَةَ لَا تَسْأَلْ الْإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَإِذَا حَلَفْتَ عَلَى يَمِينٍ فَرَأَيْتَ غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا فَكَفِّرْ عَنْ يَمِينِكَ وَأْتِ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ

Artinya:
“Dari Abdurrahman bin Samurah, beliau mengatakan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku: “Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah kamu meminta jabatan, sebab jika kamu diberi jabatan dengan tanpa meminta, maka kamu akan ditolong, dan jika kamu diberinya karena meminta, maka kamu akan ditelantarkan, dan jika kamu bersumpah, lantas kamu lihat ada suatu yang lebih baik, maka bayarlah kafarat sumpahmu dan lakukanlah yang lebih baik.” (HR. Imam al-Bukhari).

Melalui hadist tentang kepemimpinan tersebut, terdapat karakteristik tertentu yang bisa ditetapkan sebagai ciri kepemimpinan ideal. Sudah sepatutnya pemimpin tidak tamak mengincar jabatan tertentu, rakus dalam mencari jabatan kepemimpinan merupakan sifat buruk dan sudah seharusnya dihindari seorang pemimpin. 

Hadits ke-2

Masih terkait hadits yang pertama, dari ketamakan dan rakus bisa saja melahirkan kecurangan saat seorang pemimpin menjalankan tugasnya. Pemimpin curang juga disebut dalam suatu hadits, mereka adalah orang yang tidak dimasukkan ke surga oleh Allah. Berikut hadits yang dimaksud:

ماَ مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيْهِ اللَّهُ رَعِيَّةً، يَمُوْتُ يَوْمَ يَمُوْتُ، وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ، إِلاَّ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

Artinya:
“Tidaklah seorang hamba yang diserahi Allah untuk memimpin rakyat, lalu ia meninggal dunia dalam keadaan curang terhadap rakyatnya, kecuali Allah mengharamkannya masuk ke surga.” (HR. Imam Al-Bukhari)

Hadits ke-3

Hadits tentang kepemimpinan selanjutnya bersinggungan dengan sifat bertanggung jawab atau amanah, inilah sifat mendasar penting yang harus tertanam pada setiap pemimpin. Dari kedua sifat ini akan sangat berpengaruh terhadap keputusan yang diambil seorang pemimpin. Bukan hanya itu, inilah sifat yang menjadi dasar pandangan dirinya dalam menangani problematika.

Pemimpin harus memperhatikan dengan baik setiap tanggung jawab dan memperhatikan kepentingan mereka yang sedang dipimpinnya. Ini Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Artinya:
“Dari ‘Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketahuilah setiap dari kalian adalah seorang pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang dipimpin. Penguasa yang memimpin orang banyak akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, dan istri pemimpin terhadap keluarga suaminya dan juga anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, budak juga seorang pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari Muslim).

Misalnya kepala keluarga dimintai pertanggungjawaban atas nafkah terhadap anggota keluarganya. Sama halnya dengan ketua RT/ RW, Bupati, dan lain sebagainya termasuk ketua kelas. Setiap pemimpin memiliki bidangnya masing-masing dan harus bertanggung jawab terhadap bidangnya tersebut.

Hadits ke-4

Selanjutnya, pemimpin berarti harus ahli, keahlian seorang presiden misalnya yang harus menata kewarganegaraan dengan baik agar membawa kesejahteraan dalam berbagai bidang. Mulai dari ekonomi, keamanan, kesehatan, politik, pendidikan, dan bidang lain-lainnya. Jika mengandalkan mereka yang bukan ahli, bisa saja memicu kehancuran, seperti yang diceritakan pada hadits berikut:

فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ، قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظَرْ السَّاعَةَ. رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ 

Artinya:
“Apabila sifat Amanah sudah hilang, maka tunggulah terjadinya kiamat”. Orang itu bertanya, “Bagaimana hilangnya amanah itu?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah terjadinya kiamat”. (HR. Imam al-Bukhari).

Dari hadits tersebut bisa disimpulkan kalau kepemimpinan bisa hancur jika diserahkan kepada yang bukan ahli dan tidak bisa menjaga amanah. Itulah 4 hadits tentang kepemimpinan yang bisa menjadi pedoman dan pondasi untuk memahami kepemimpinan itu sendiri.