close
Dauroh Tahsin Tahfidz Ramadhan
Logo Website Annajah
Search

Penjelasan Lengkap Hukum Mad dalam Tajwid!

hukum mad

Table of Contents

Terkadang, ada yang membaca huruf Al-Qur’an dengan cara memanjangkannya padahal seharusnya dibaca pendek. Biasanya, orang-orang yang melakukan ini karena ingin menyesuaikan dengan nada yang diinginkannya. 

Inilah salah satu yang menyebabkan kekeliruan dalam membaca Al-Qur’an. Bacaan Al-Qur’an yang benar bukan ditentukan dari nada bacaan tetapi dari hukum bacaan (tajwid). 

Nada yang mengikuti tajwid, bukan tajwid yang mengikuti nada bacaan. Memahami hukum, salah satu materi dalam Tajwid, menjadi sangat agar bacaan Al-Qur’an kita dianggap benar. Untuk itu perlu mengetahui ilmu tajwid terutama hukum mad.

Apa itu Hukum Mad?

Salah satu materi dasar ilmu tajwid adalah mad. Secara harfiah, Mad berasal dari kata “مدّ – يمدّ” yang artinya memanjangkan. 

Maksudnya adalah memanjangkan suara bacaan. Mad, menurut para ahli tajwid adalah memanjangkan suara bacaan huruf Al-Qur’an yang disebabkan adanya huruf mad sesuai dengan aturan yang sudah ditentukan.

Berdasarkan definisi mad di atas, kita diberikan pemahaman bahwa ketika ketemu dengan huruf mad, makan kita diminta untuk memanjangkan bacaan kita. Panjang bacaannya seperti apa? 

Ada ketentuannya sendiri, nanti kita bahas. Adapun huruf mad ada 3, yakni huruf alif (ا), waw(و), dan ya(ي).

Macam-macam Hukum Mad

Secara umum, hukum bacaan mad terbagi menjadi dua macam, yakni mad thabi’i (mad asli) dan mad far’i (mad turunan atau cabang).

  1. Mad Thabi’i (Mad Asli)

Thabi’i artinya tabiat. Mad Thabi’i seakan menginisiasikan bahwa model bacaan mad seperti ini sesuai dengan tabiat atau hakikat asli bacaan mad. Tidak heran hukum bacaan mad ini juga sering disebut dengan mad asli.

Bacaan mad thabi’i ini terjadi apabila ada alif yang terletak setelah fathah, ada ya’ yang terletak setelah kasrah, atau ada yang waw yang terletak setelah dhommah. Apabila kriteria ini ditemukan dalam Al-Qur’an, maka si pembaca harus memanjangkan bacaan huruf tersebut dengan panjang satu alif atau dua harakat.

  1. Mad Far’i

Far’i artinya cabang. Mad far’i berarti turunan atau cabang dari mad asli yang sebagai hukum asal bacaan mad. Turunan ini terjadi disebabkan oleh hamzah, sukun, tasydid dan waqaf.

Dengan kata lain, Mad Far’i dapat juga kita definisikan sebagai mad thab’i atau mad asli yang ketemu dengan hamzah, sukun, tasydid, atau waqaf. Panjang bacaan mad far’i ini berbeda-beda. Ada yang dibaca dua, empat, lima dan enam harakat.

Contoh Mad

Untuk lebih memahami penjelasan di atas, mari kita lihat langsung contoh-contoh mad tersebut.

  1. Contoh Mad Thabi’i

Contoh huruf alif

يَحْسَبُ أَنَّ مَا لَهُ اَخْلَدَهُ

Lafadz maa (مَا)  yang berwarna merah di atas berharakat fathah dan bertemu denga alif, maka huruf tersebut dibaca panjang dua harakat karena termasuk kategori mad thabi’i.

Contoh huruf waw

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِ النَّاسِ

Lafadz ‘uu (عُوْ)  dalam kalimat a’uuzu (اَعُوْذُ) itu berharakat dhummah dan bertemu dengan huruf waw sukun. Keadaan ini merupakan contoh mad thabi’i. Hukum bacaannya dibaca dua harakat/ketukan.

Contoh huruf ya’

قَالَ اَسَاطِيْرُ الْاَوَّلِيْنَ

Lafadz thii (طِيْ) dalam kalimat asaathiir (اَسَاطِيْرُ) itu berharakat kasrah dan setelahnya ada huruf ya’ sukun. Kondisi tersebut dinamakan mad thabi’I, sehingga lafadz tersebut dibaca panjang dua harakat/ketukan.

  1. Contoh Mad Far’i

Contoh yang bertemu hamzah

عَمَّ يَتَسَاءَلُوْنَ

Lafadz saa yang diberi warna merah itu dalam keadaan fathah dan bertemu dengan alif, sehingga menjadi mad thabi’i. Lalu setelah itu lafadz tersebut ketemu dengan hamzah dalam satu kalimat.

Pertemuan mad thabi’i dengan hamzah ini dinamakan mad wajib muttashil, salah satu dari beberapa jenis dari mad far’i. Hukum bacaan mad ini dibaca panjang lima harakat/ketukan.

Contoh yang bertemu sukun

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

Lafadz da yang diberi warna merah itu dalam keadaan keadaan kasrah dan bertemu dengan ya’ sukun, sehingga menjadi mad thabi’i. Lalu setelah itu lafadz tersebut berada di akhir ayat sehingga harus dibaca sukun.

Keadaan mad thabi’i yang huruf setelahnya disukunkan ini dinamakan mad ‘arid lissukun, salah satu dari beberapa jenis dari mad far’i. Hukum bacaan mad ini dibaca panjang dua, empat atau enam harakat/ketukan.

Contoh yang bertemu tasydid

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ  

Lafadz dha yang diberi warna merah itu dalam keadaan keadaan fatha dan bertemu dengan alif, sehingga menjadi mad thabi’i. 

Lalu setelah itu lafadz tersebut bertemu dengan huruf yang ada tasydid-nya. Pertemuan mad thabi’i dengan huruf yang ada tasydid ini dinamakan mad lazim mitasaqqal kilmi, salah satu dari beberapa jenis dari mad far’i.  Hukum bacaan mad ini dibaca panjang enam harakat/ketukan.

Sampai sini dulu pengenalan kita tentang hukum mad.  Teman-teman tetap semangat dalam meng-upgrade diri dalam hal peningkatan keilmuan Al-Qur’an. 

Mari berkenalan dengan ponpes annajah!