close
Logo Website Annajah
Search

Isim Na’at Man’ut: Definisi, Fungsi, Anggota, dan Contohnya

penjelasan dan contoh isim naat manut

Table of Contents

Mempelajari kaidah dan struktur bahasa Arab memang memerlukan kecermatan tersendiri, salah satunya pada kaidah isim Na’at Man’ut. Na’at atau kata sifat merupakan sesuatu yang disebut setelah isim (kata benda). Sementara itu, man’ut merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut isim yang disifati na’at.

Lantas, apakah yang dimaksud dengan na’at dan man’ut itu sendiri? Bagaimana fungsi dan ciri isim na’at maupun man’ut tersebut? Nah, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kedua hal tersebut, yuk simak ulasannya berikut!

Apa itu Na’at Man’ut?

Secara harfiah, na’at merupakan kata atau kalimat yang menunjukkan makna sifat dari sebuah kata. Tidak mengherankan jika na’at juga sering disebut dengan sifat. Dalam kitab Jurumiyah, na’at didefinisikan sebagai kata yang mengikuti segi rafa’, nashab, jar, makrifat, dan nakirahnya.

Sementara itu, man’ut merupakan kata yang disifati atau diikuti. Sebagai contoh, pada kalimat قَرَأْتُ الْكِتَابَ الْجَمِيْلَ yang berarti “saya telah membaca buku yang bagus” di mana yang dijadikan na’at adalah الْجَمِيْلَ , sementara kondisi yang disifati (man’ut) yakni الكتاب.

Penggunaan Na’at Man’ut terutama na’at sejatinya memiliki beberapa fungsi dalam suatu penulisan kalimat. Berikut beberapa fungsi yang dimaksud.

  1. Mengkhususkan man’ut yang diberi sifat apabila yang menjadi man’ut merupakan isim nakirah. Dengan demikian, hal ini akan menghilangkan makna yang serupa yang terjadi pada nakirah dengan perantaraan wadha’.
  2. Na’at dapat memperjelas man’ut apabila yang menjadi man’ut merupakan isim makrifah.
  3. Memberi pujian pada man’ut dengan memperjelas sifat kesempurnaan pada man’ut tersebut.
  4. Mengutarakan perasaan kasih sayang maupun celaan pada man’ut.
  5. Memberitahu pembaca atau pendengar bahwa si pembicara telah mengetahui kondisi man’ut.
  6. Meluaskan, mengurai, menyamarkan, dan memperjelas kalam.

Anggota-Anggota Isim Na’at

Secara umum, isim Na’at Man’ut terbagi menjadi dua macam, yakni na’at haqiqi dan na’at sababi. Keduanya pun umumnya juga terbagi lagi dalam beberapa bagian. Berikut penjelasannya.

1. Na’at Haqiqi

Merupakan kata yang menunjukkan makna sifat pada diri matbu’nya. Dalam na’at haqiqi ini, sebuah na’at dapat berupa mufrad, sibhul jumlah, atau jumlah.

a. Na’at mufrad

Yang dimaksud dengan mufrad yakni suatu makna sifat yang hanya berupa satu kata saja. Naat mufrad juga terbagi lagi dalam beberapa hal, yakni:

  • Isim fa’il merupakan isim yang menunjukkan pelaku dari suatu perbuatan atau yang membuat suatu peristiwa terjadi.
  • Sifat musyabbahah dengan isim fa’il merupakan isim musytaq yang memiliki kesamaan makna dengan isim fa’il dan hanya terbentuk dari fi’il tsulasti lazim.
  • Sifat mubalaghah isim fa’il merupakan isim fa’il yang menunjukkan arti “lebih” atau “sangat”
  • Isim yang diakhiri ya nisbah merupakan ya’ bertasydid yang ada di akhir isim. Hal ini menunjukkan makda sandaran kepada isim yang memiliki ya’ nisabh.

b. Na’at syibhul jumlah

Bisa berupa zharaf atau jar majrur. Dengan begitu, para pembaca harus teliti sewaktu membaca sifat dari syibhul jumlah supaya tidak tertukar dengan mubtada’ khabar.

c. Na’at jumlah

Jika na’at berupa jumlah, maka man’ut harus berupa isim nakirah. Selain itu, dalam jumlahnya pun harus ada dhamir yang akan kembali pada man’ut-nya.

2. Naat sababi

Merupakan na’at yang memberi sifat pada isim yang berkaitan dengan matbu’-nya. Dalam na’at sababi, sifat yang tercermin tidak menunjukkan sifat pada matbu melainkan pada kata setelah na’at. Dengan begitu, na’at sababi harus merupa isim mufrad dan mengikuti matbu dalam hal i’rab, nau’, serta ta’yin.

Contoh Isim Na’at

Dalam menuliskan Na’at Man’ut, tentunya tidak bisa benar-benar sembarangan. Keduanya bahkan sama halnya seperti kembaran atau pasangan kata yang harus sama dalam empat hal berikut beserta contoh penggunaannya.

1. Status i’rabnya

I’rab merupakan salah satu aspek pada bahasa Arab di mana aspek ini mengatur tentang perubahan bunyi kata. Umumnya merupakan syakat atau harokat di setiap akhir kalimat sehingga sesuai dengan amil yang memasukinya. Contohnya pada kalimat رأيت الأمِيْرَ العادلَ

Kalimat tersebut dapat diartikan “saya melihat pemimpin yang adil itu”. Dalam penulisan kalimat ini, baik pada na’at maupun man’ut sama-sama mempunyai i’rab manshub (nashob) karena memiliki fathah sebagai tanda nashob.

2. Mempunyai ‘adad atau jumlah yang sama

Selain berdasarkan gender, satu kata dalam bahasa Arab juga dapat disusun oleh huruf yang berbeda berdasarkan jumlahnya. Hal ini digolongkan menjadi tiga, yakni isim mufrad (berjumlah satu), isim mutsanna (jumlah dua), dan isim jamak (jumlah yang banyak). Berikut contoh beserta perbedaannya.

  • جاء الطالب الناجح “satu siswa yang rajin”
  • جاء الطالبان الناجحان “dua siswa yang rajin”
  • جاء الطلاب الناجحون “para siswa yang rajin”

Dapat dilihat jika dari ketiga contoh di atas mempunyai Na’at Man’ut yang sama pada masing-masing kalimat namun ‘adad yang dimiliki berbeda antara contoh satu dengan contoh yang lain.

3. Mempunyai kesamaan gender

Dalam bahasa Arab, satu kata yang sama dapat disusun dengan huruf yang berbeda sesuai gender dari amil yang memasukinya. Adapun yang dimaksud dengan amil yakni orang yang menjadi pelaku atau objek dari kalimat tersebut.

Gender pada bahasa Arab terbagi menjadi dua, yakni mudzakkar (laki-laki) dan muannats (perempuan). Adapun contohnya seperti pada kalimat حضر الطالب الناجح yang artinya: “siswa yang rajin itu sudah hadir”. Agak berbeda dengan kalimat حضرت الطالبة الناجحة yang berarti “siswi yang rajin itu sudah hadir”.

Dalam kalimat pertama, na’at dan man’ut sama-sama memiliki sifat mudzakkar (laki-laki). Terlihat berbeda dengan kalimat kedua yang lebih banyak memiliki sifat muannats (perempuan).

4. Mempunyai ma’rifat dan nakirah yang sama

Nakirah merupakan isim yang umum dan tidak secara khusus menunjuk suatu hal, berbeda dengan ma’rifat merupakan suatu isim yang sudah khusus dan mengarah pada satu hal yang tentu. Berikut contoh hukum na’at dan man’ut pada kedua isim tersebut.

  • جاء طالبٌ ناجحٌ “seseorang siswa yang rajin telah tiba”
  • جاء الطالبُ الناجحُ “siswa yang rajin itu telah datang”

Dalam contoh kalimat pertama, dapat dilihat baik pada na’at dan man’ut merupakan isim nakirah yang masih mempunyai arti secara umum karena adanya tanwin.

Berbeda dengan contoh kalimat kedua di mana na’at dan man’ut sama-sama memiliki arti yang khusus dan menunjuk arti tertentu.

Demikian sejumlah penjelasan mengenai isim Na’at Man’ut yang bagi beberapa orang terasa agak sulit membedakannya.

Baca juga Isim Hal dalam Bahasa Arab: Penjelasan, Fungsi, Anggota, Ciri, Rumus dan Contohnya