close

Khabar Muqaddam: Definisi, Fungsi, Syarat dan Contohnya!

penjelasan Khabar Muqaddam dan contoh khabar muqoddam

Table of Contents

Khabar Muqaddam terdiri atas Khabar dan Muqaddam yang dua-duanya sulit terpisahkan. Sebab keduanya saling melengkapi di dalam suatu jumlah atau kalimat. Jumlah tidak akan menjadi sempurna apabila terdapat jenis Khabar atau Mubtada saja.

Definisi Khabar Muqaddam Mubtada

Khabar, Muqaddam dan Mubtada pada dasarnya memiliki pengertiannya masing-masing meskipun saling berkaitan di antara keduanya. Berikut masing-masing pengertiannya.

1. Mubtada

Mubtada jika dilihat dari segi bahasa adalah bentuk dari isim maf’ul, dengan kata lain adalah sebuah permulaan. Hal ini menempatkan Mubtada yang letaknya selalu berada di awal dari jumlah ismiyah.

Jika dilihat dari segi istilahnya maka Mubtada adalah isim yang irab marfu atau bebas dari amil lafdhiyah.

Yang dimaksud amil di sini adalah faktor yang bisa berpengaruh pada kata. Sehingga ia nashab, irab rafa, jazm dan jar. Amil memiliki dua jenis yaitu lafdziyah dan maknawiyah.

2. Khabar

Pada dasarnya Khabar dan Mubtada hanya bisa ditemukan pada jumlah ismitah. Mubtada merupakan isim yang ada di awal jumlah. Sementara Khabar merupakan pelengkap dari arti Mubtada atau dengan kata lain jumlah ismiyah sederhana.

Khabar merupakan isim yang letaknya berada di belakang dari Mubtada. Sehingga Khabar Mubtada bisa disebut sebagai isim yang I’rab marfu’ yang disandarkan pada Mubtada’ dimana Khabar ini sifatnya sebagai penyempurna dari makna Mubtada.

Sehingga bisa dikatakan, definisi Khabar Muqaddam merupakan sesuatu yang harus didahulukan serta fungsinya untuk penyempurna isim yang akan menjadi Mubtada. Jika dalam bahasa Indonesia kita mengenali istilah predikat.

Mubtada merupakan kalimat isim, jika dalam bahasa Indonesia kita mengenal kata benda. Yang statusnya marfu atau berkedudukan sebagai subjek.

Hukum asal dari susunan tersebut adalah Mubtada yang letaknya pada awal pembicaraan kemudian Khabar setelahnya. Tapi dalam kondisi tertentu, biasanya Mubtada boleh diakhirkan atau mendahulukan Khabar Muqaddam.

Kapan Saatnya Khabar Harus Didahulukan (Muqqadam)?

Bagi Anda yang bertanya kapan saatnya Khabar harus didahulukan (Muqqadam)? Sebenarnya secara umum Mubtada letaknya ada pada awal kalimat sementara Khabar setelahnya. Tapi Khabar masih boleh mendahului Mubtada atau dalam kondisi tertentu justru sifatnya wajib. Berikut ini kondisi yang dimaksud.

  1. Khabar boleh didahulukan dari Mubtada jika digunakan untuk memberikan prioritas atau penekanan pada makna dari Khabar.
  2. Khabar boleh didahulukan jika bentuknya adalah syibhul jumlah atau menyerupai jumlah, sementara mustada bentuknya adalah isim makrifat.
  3. Khabar menjadi wajib didahulukan jika bentuk Khabar adalah syibhul jumlah atau serupa dengan jumlah sementara Mubtada bentuknya adalah isim nakhira.
  4. Khabar wajib didahulukan jika bentuknya adalah isim istifham atau dalam bahasa Indonesia adalah kata tanya.
  5. Mubtada bersambung pada dhamir kemudian kembali pada Khabar.

Mubtada yang letaknya di belakang dari Khabar atau sesudah Khabar maka disebut sebagai Mubtada Muakhor. Sementara Khabar yang letaknya di awal kalimat atau mendahului Mubtada maka disebut sebagai Khabar Muqaddam.

Syarat-Syarat Khobar Muqoddam

Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa pada dasarnya secara kaidah asal, Mubtada letaknya pada awal kalimat sementara Khabar berada setelahnya. Jika Anda tidak sesuai dengan kaidah tersebut artinya Anda menyalahi kaidah asal atau Khilaful Ashli.

Lebih lanjut, syarat-syarat Khobar Muqoddam adalah harus menempati pada hukum asalnya. Nantinya Anda bisa mengambil kesimpulan dari musawwig atau suatu perkara yang diperbolehkan atau ciri dari Khabar Muqaddam atau Mubtada Muakhor.

1. Mubtada dan Khabar Dua Bagian Sama

Mubtada dan kabar haruslah ditempatkan pada hukum asal jika keduanya adalah bagian yang sama. Maksudnya di sini adalah dua-duanya sama-sama bentuknya adalah isim nakirah ataupun ma’rifat. Selain itu, tidak ditemukan adanya dalil yang menunjukkan mana bentuk Khabar mana Mubtada.

2. Mubtada Punya Khabar Dari Jumlah Fi’liyah

Syarat dari Mubtada dan Khabar yang harus menempati hukum asalnya yaitu ketika Mubtada tersebut mempunyai Khabar yang berbentuk kalimat fi’il. Serta me-rofa’kan dhamir mustatir jika kembali pada Mubtada itu sendiri.

3. Diringkas Lafadz Illa atau Innama

Apabila Mubtada terdapat Khabar yang diringkas dengan lafadz illa atau inama maka wajib ditempatkan pada hukum asal. Maksudnya diringkas yaitu maknanya dipersempit atau dibatasi. Sehingga tidak boleh disusun menggunakan Khabar Muqaddam dan Mubtada Muakhor karena bisa menimbulkan makna berbeda.

4. Mubtada Diawali Lam Ibtida

Apabila Mubtada diawali lam ibtida maka tidak boleh untuk mengakhirinya. Sebab lam ibtida merupakan huruf wajib yang harus ada pada awal kalimat, fungsinya untuk penegasan atau taukid.

5. Mubtada Bentuknya Lafadz yang Wajib Ada Di Awal

Mubtada yang wajib untuk menempati hukum asal yaitu jika Mubtada adalah lafadz wajib yang ada di awal kalimat, seperti sim syarat, isim istifham, ma ta’ajjub dan lafadz muadhaf pada lafadz wajib yang ada di awal kalimat.

Contoh Khobar Muqoddam

Agar penjelasan di atas bisa Anda serap dengan maksimal, yuk simak berikut contoh Khobar Muqoddam.

  1. Saat Mubtada adalah nakirah dan tidak ada dalil tertentu kecuali untuk mengakhirinya, maka wajib untuk mendahulukan Khabar ( Muqaddam).

Jika Anda membuat susunan sesuai dengan aturan aslinya yaitu Mubtada berada di awal dan Khabar di akhir. Maka bisa bertentangan terhadap kaidah dari Mubtada isim nakirah dan menyalahi kaidah menjadi hal yang tidak dibenarkan.

Jika ditemukan adanya musawwig atau perkara yang menjadikan boleh. Maka bisa terdapat dua bentuk yaitu bisa menempati hukum asalnya dan juga menyelisihi hukum asalnya atau Khilaful Ashli.

  1. Saat Mubtada memiliki dhamir yang menunjukkan pada Khabar, maka wajib untuk menempatkannya pada akhir serta Khabar didahulukan ( Muqaddam).
  2. Saat Khabar Mubtada berbentuk lafadz yang harus ditempatkan pada awal seperti halnya istifham atau mudhaf pada isim yang wajib ada pada awal kalimat. Maka wajib pula mendahulukan Khabar daripada Mubtada.

Isim merupakan istifham yang kedudukannya sebagai Khabar, sehingga wajib untuk mendahulukan dan mengakhirkan adanya Mubtada. Sehingga tidak diperbolehkan menjadikan kalimat tersebut memiliki pola susunan yang sesuai dengan hukum asalnya.

  1. Saat Khabar diringkas atau mahshur dengan lafadz illa atau innama maka wajib untuk mendahulukan atau Muqaddam. Maksud penggunaan mahshur ini adalah membatasi maknanya.

Contoh Khabar Muqaddam Dalam Al-Quran

Agar Anda semakin memahaminya, cobalah untuk belajar contoh Khabar Muqaddam dalam Al Quran. Tidak perlu ke halaman belakang karena Anda bisa menemukan contohnya dengan sangat mudah.

Dalam surat Al Baqarah saja sudah terdapat contohnya, yaitu ada di dalam ayat ke 8 dan 10 Surat Al Baqarah dimana dalam ayat tersebut sudah memenuhi syarat untuk disebut Khabar Muqaddam seperti yang sudah dibahas. Yaitu terdapat huruf jar ditambah majrur dan dzaraf.

Apabila Anda perhatikan, Mubtada pada ayat tersebut menyalahi syarat yaitu Mubtada wajib isim ma’rifat sementara pada contoh tersebut Mubtada berupa isim nakiroh.

Tapi sebenarnya hal ini tidaklah menyalahi kaidah dari ilmu nahwu karena sudah memberikan makna yang jelas untuk disebut Mubtada.

Baja juga: Khabar Ghoiru Mufrod: Definisi, Fungsi dan Contohnya!