close

Isim Munada: Penjelasan, Fungsi, Anggota dan Contohnya

penjelasan isim munada dan contoh isim munada

Table of Contents

Ketika memanggil seseorang, biasanya diawali dengan hai, wahai, atau lainnya sesuai kebiasaan atau budaya dalam masyarakat. Aturan dalam memanggil seseorang atau sesuatu dapat dipelajari melalui Isim Munada.

Apa Itu Isim Munada?

Pengertian Munada adalah kalimah isim yang disebutkan sesudah atau jatuh setelah salah satu huruf nida sebagai panggilan. Penggunaan Isim Munada dengan menggunakan huruf-huruf panggilan supaya yang dipanggil menoleh pada yang memanggil. Contoh Munada ياَ عَبْدَ اللهِ yang artinya Wahai, Abdullah.

Huruf-Huruf Nida atau Munada

Isim Munada merupakan isim yang terletak setelah huruf nida. Nida dalam Bahasa Arab berarti seruan atau panggilan. Huruf Nida atau Munada berjumlah tujuh huruf, yaitu:

  • ياَ
  • أ
  • أَيْ
  • آ
  • هَياَ
  • أَياَ
  • وَا

Keterangan:

  1. Huruf Nida (أ) dan (أَيْ) digunakan untuk memanggil atau menyeru sesuatu yang dekat.
  2. Huruf Nida ((أَياَ), آ, dan ( هَياَ) digunakan untuk memanggil atau menyeru sesuatu yang jauh.
  3. Huruf Nida (ياَ) digunakan untuk seluruh munada, baik yang dekat, sedang, atau jauh.
  4. Huruf Nida (وَا) digunakan untuk ratapan, biasanya diserukan untuk meratapi sesuatu yang sedang dirasakan seperti sakit.
  5. Huruf Nida (وَا) digunakan untuk menyeru nama Allah, meminta pertolongan Alah, atau dalam istighatsah.
  6. Huruf Nida (ياَ) dan ( وَا) digunakan untuk nudhbah.

Syarat dan Ketentuan Isim Munada

1. Kaidah Munada dengan Alif Lam (ال)

Dalam ilmu nahwu, kaidah Isim Munada makrifat dengan alif lam ada beberapa ketentuan.

  •  Berdasarkan pendapat ulama Basyrah

Munada tidak boleh langsung mengatakan يا الطالب, tetapi harus didahului dengan isim isyarah atau lafadz (أيّتها) untuk muannats dan lafadz ((أيها) untuk mudzakar.

Lantas, apa kedudukan (أيّتها) atau (أيها) dengan isim sesudahnya? Kedudukan (أيّتها) atau (أيها) menjadi munada nakirah maqsudah. Sedangkan isim sesudahnya menjadi isim jamid.

  • Berdasarkan pendapat ulama Kuffah

Alif lam diperbolehkan untuk dipanggil secara langsung bersama dengan huruf nida. Pendapat ini berdasarkan sebuah syair yang menggunakan lafadz (الغلامانِ) dan (التي ) yang dihubungkan langsung dengan huruf nida.

Kesimpulan:

Pendapat ulama Basyrah lebih kuat dengan bukti argumentasi dan bisa dilihat dalam lafadz-lafadz Al-Quran serta hadist untuk munada yang isim makrifatnya menggunakan Alif Lam (ال) semuanya memakai perantara yaitu (أيّتها) atau (أيها).

2. Kaidah Munada Murakham

Munada Murakham adalah kaidah memanggil nama seseorang yang boleh dibuang huruf akhirnya. Penggunaan kaidah ini diperbolehkan dengan tujuan untuk mempersingkat pemanggilan nama seseorang.

Pada ya (يَا) mutakalim, maka ya (يَا) boleh dibuang. Seperti pada (يَا وَلَدِي), maka boleh dipersingkat dengan membuang ya (يَا) menjadi (وَلَدِ)

Semua isim alam muannats dan mudzakar yang tidak lebih dari tiga huruf dan tidak murakab, boleh ditarkhim atau dipersingkat. Lalu, berapa jumlah huruf yang boleh dibuang ketika tarkhim? Bisa satu bisa dua.

Boleh hanya membuang satu huruf akhirnya. Ini yang paling lazim digunakan dan sering dijumpai pada lafadz dalam Al-Quran dan hadist.

Bisa juga membuang dua huruf ketika tarkhim dengan ketentuan sebagai berikut.

  • Huruf sebelum akhir adalah huruf tambahan

Boleh membuang dua huruf apabila huruf yang sebelum huruf akhirnya merupakan huruf tambahan. Artinya, huruf ini bukan huruf asli bawaan. Contohnya pada lafadz (سلمان), boleh dibuang huruf (نون) dan huruf (الف مد) menjadi (يا سلم).

  • Harus ada minimal 3 huruf yang terletak sebelum dua huruf terakhir

Boleh membuang dua huruf dengan syarat huruf terakhirnya terdiri dari minimal 3 huruf. Jadi, jika huruf terakhir tersisa hanya 2 huruf, maka tidak boleh membuang 2 huruf. Misalnya pada lafadz (سعيد) jika dibuang dua huruf tersisa 2 huruf, maka lafadz ini tidak boleh dibuang 2 huruf.

3. Kaidah Munada khusus istigatsah (meminta pertolongan)

Nida atau Munada istigatsah yaitu kaidah penggunaan panggilan untuk seseorang dengan tujuan meminta pertolongan, maka menggunakan kata panggil ya (يا). Ada beberapa rukun atau ketentuan untuk memanggil atau menyeru dengan tujuan meminta pertolongan.

  • Khusus lafadz Allah (الله)

Ketentuan untuk memanggil lafadz jalalah Allah boleh menggunakan huruf nida ya (يا) dan tidak boleh dibuang. Misalnya dengan menyeru menggunakan panggilan ya Allah (يَا اَللهُ). Biasanya juga menggunakan panggilan lafzhul jalalah Allah yaitu Allahumma (اَللّهُمَّ).

  • Al Mustagats Bih (المستغاث به)

Al Mustagats Bih adalah orang yang dipanggil atau orang yang dimintai pertolongan. Panggilannya menggunakan hukum majrur yaitu lam istigatsah (lam berkharakat fathah) yang menempel pada awal Munada.

Misalnya memanggil (خالد) sebagai Al Musgats Bih, maka dipanggil dengan ya (يا) menjadi (يا خالد). Namun adakalanya juga Lam Maftuhah pada (خالد) dengan kasrah tersebut diganti dengan alif setelah Munada.

Apabila huruf Nida ya (يا) diulang-ulang pada setiap Munada, maka harkat (م) dan (لا) mesti fathah. Sedangkan untuk huruf Nida ya (يا) yang tidak diulang-ulang pada setiap Munada, maka harkat (م) dan (لا) mesti kasrah.

  • Al Mustagats Lah (المستغاث له)

Al Mustagats Lah adalah orang atau sesuatu yang harus ditolong dalam panggilan tersebut.

4. Munada untuk Nadbah

Munada untuk Nadbah atau mengekspresikan sesuatu yang luar biasa. Panggilan untuk mengekspresikan keluhan atau ratapan atau kesedihan menggunakan huruf Nida ya (يا) dan wau alif (وا).

Contoh Isim Munada

Pembagian Isim Munada yaitu ada lima macam, Munada Mufrad Alam, Nakirah Ghairu Maqsudah, Nakirah Maqsudah, Mudhof, dan Syibeh Mudhof. Lebih jelasnya ada pada contoh Munada berikut.

1. Panggilan nama/ Munada Mufrod Alam (المُفْرَدُ العَالَمُ)

Munada ini digunakan untuk memanggil seseorang dengan menyebutkan nama. Contohnya pada lafadz (يَا فَاطِمَةُ), Nida yang digunakan adalah ya (يا) untuk memanggil dan (فَاطِمَةُ) adalah Munada Mufrad Alam atau seseorang yang dipanggil dengan nama tersebut.

2. Panggilan / Munada Nakiroh Maksudah (النَكِرَةُ المَقْصُوْدَةُ)

Munada ini digunakan untuk memanggil seseorang secara umum dengan tujuan atau maksud. Contohnya pada lafadz (يَا رَجُلُ، يَا امْرَأَةُ) artinya “Wahai laki-laki, wahai perempuan (tertentu)”.

3. Panggilan / Munada Nakiroh Ghairu Maqsudah (النَكِرَةُ غَيْرُ المَقْصُوْدَةِ)

Munada ini digunakan untuk memanggil pihak tertentu tanpa ada tujuan atau maksud. Contohnya pada lafadz (يَا رَجُلاً، يَا امْرَأَةً) artinya “Wahai laki-laki, wahai perempuan (secara umum)”.

4. Panggilan / Munada Mudhof (المُضَافُ)

Munada ini digunakan untuk memanggil nama dengan dua kata atau lebih yang isimnya terdiri dari Mudhaf dan Mudhaf Ilahi. Contohnya pada lafadz (يَا عَبْدَ اللهِ), Nida untuk panggilannya menggunakan ya (يا), dan panggilannya terdiri dari dua Mudhaf yaitu (عَبْدَ) sebagai Mudhaf serta (اللهِ) sebagai Mudhaf Illahi.

5. Panggilan / Munada Syibeh Mudhof (الشَّبِيهُ بِالْمُضَافِ)

Munada ini digunakan untuk Munada yang isimnya mirip dengan Idhafah. Contohnya pada lafadz (يَا حَسَنًا وَجْهًا) yang artinya “wahai yang tampan wajahnya”.

Contoh Munada dalam bacaan Al-Quran ada banyak sekali. Berikut beberapa contoh Munada yang tertulis dalam Al-Quran Al Karim.

  • QS Al-Baqarah 40: (يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ)
  • QS Al- Anam 128: (وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِنَ الْإِنْسِ)
  • QS Al-Imran 42: (وَإِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ)

Demikian penjelasan mengenai Isim Munada, ketentuan dan contoh-contohnya. Semoga penjelasan di atas dapat menambah wawasan dan bisa dipahami. 

pelajari juga Isim Nakiroh: Definisi, Fungsi, Anggota, Ciri, Rumus dan Contohnya